”Berusaha Menghindari Segala Perbuatan Dosa”
“Berusaha Menghindari Segala Perbuatan Dosa”
(13 Langkah Sukses Penanganan Semua Kesulitan Komunikasi Bahasa Wicara Sesuai Tuntunan Al Qur’an Sunnah)
Anton Metode 5
ﺑِﺴْﻢِ ﭐﻟﻠَّﻪِ ﭐﻟﺮَّﺣْﻤَٰﻦِ ﭐﻟﺮَّﺣِﻴﻢِ
ﻟﺴَّﻼَﻡُ ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢْ ﻭَﺭَﺣْﻤَﺔُ ﺍﻟﻠﻪِ ﻭَﺑَﺮَﻛَﺎﺗُﻪُ
Sebab manusia masuk Neraka adalah dari tiga pintu.
Pintu pertama adalah pintu subhat (perang pemikiran). Melalui intu inilah seseorang akan timbul keraguan pada kebenaran agama Allah.
Pintu kedua adalah pintu syawat (gejolak nafsu). Melalui pintu inilah akan mengakibatkan seseorang lebih mengedepankan hawa nafsunya daripada ketaatan dan menggapai ridha Allah.
Pintu ketiga adalah pintu amanah. Melalui pintu inilah akan timbul permusuhan antar sesama manusia.
Continue Reading >>
Sumber segala macam DOSA dari tiga perkara :
Pertama adalah Kesombongan (al kibr). Sifat inilah yang dimiliki oleh iblis sehingga dia menyimpang ke jalan kesesatan.
Kedua adalah tamak (al hirsh). Sifat inilah yang membuat adam keluar dari jannah.
Ketiga adalah dengki (al hasad). Sifat inilah yang membuat salah satu anak adam membunuh saudaranya.
Ibnu Qoyyim ra. Mengatakan, “Barang siapa yang terbebas dari tiga sifat ini, maka dia akan terlindung dari segala kejelekan. (Ketahuilah), kekafiran itu berasal dari sifat sombong. Maksiat berasal dari sifat tamak. Sifat melampaui batas dan kezholiman berasal dari sifat dengki (hasad).” Sifat sombong inilah yang membuat iblis tetap dalam kekafirannya. Dari ‘Abdullah bin ‘Abbas, Rasulullah bersabda, sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia.” (HR. Muslim).
Sifat tamak atau rakus membuat seseorang mudah terjerumus dalam maksiat. Maksiat ini berasal dari sifat tamak, seperti orang yang terjerumus dalam perzinahan, berdua-duaan dengan lawan jenis tanpa mahrom; itu semua terjadi karena adanya sifat tamak pada diri seseorang.
Sedangkan sifat dengki atau iri hati akan membuat sesorang melampaui batas dan berbuat zholim pada orang lain.
Oleh karena tingkatan dosa dan kerusakan akibat dosa itu beragam, beragam pula hukumannya di dunia dan di akhirat. Pangkal dasar dari dosa itu dua, yaitu meninggalkan perintah dan mengerjakan larangan. Keduanya adalah dosa yang diujikan oleh Allah kepada nenek moyang jin dan manusia. Berdasarkan tempatnya, dosa terbagi menjadi dua, yakni dosa di badan dan dosa di hati. Adapun berdasarkan keterkaitannya, dosa terbagi menjadi dua pula, yaitu dosa yang terkait dengan hak Allah dan dosa yang terkait dengan hak makhluk.
Sesungguhnya, setiap hak makhluk itu adalah hak Allah. Akan tetapi, ia disebut sebagai hak makhluk karena makhluk mempunyai hak untuk menuntutnya, dan itu akan gugur dengan pemberian maaf.
Dosa juga terbagi menjadi empat macam: malikiyah, syaithaniyah, sabu’iyah, dan
bahimiyah.
Dosa malikiyah adalah seseorang yang memperlihatkan perilaku yang tidak pantas baginya karena merupakan sifat Tuhan, seperti merasa besar, sombong, angkuh, memaksa, merasa tinggi derajatnya, mempertuhankan diri, dan lain sebagainya. Termasuk di dalamnya adalah dosa syirik kepada Allah Swt..
Syirik ini ada dua macam: syirik dalam nama dan sifat-sifat- Nya dengan menjadikan Tuhan selain-Nya dan syirik pada- Nya dalam berinteraksi. Syirik jenis kedua ini bisa jadi tidak mengakibatkan masuk neraka, meskipun ia dapat meleburkan amal yang telah disertai menyekutukan Allah dengan yang lain.
Bagian ini adalah bagian jenis dosa yang terbesar. Termasuk di dalamnya adalah mengucapkan sesuatu atas.nama Allah tanpa dilandasi ilmu, baik yang berhubungan dengan ciptaan-Nya maupun perintah-Nya. Barang siapa yang melakukan dosa ini, berani ia lelah mencopot ketuhanan dan kekuasaan Allah dengan menjadikan sekutu bagi-Nya. Ini adalah dosa terbesar di sisi Allah yang menjadikan amal apa pun tidak bermanfaat karenanya.
Adapun dosa syaitbaniyah adalah bentuk menyerupai kelakuan setan, seperti dengki, kelewat batas, menipu, dendam, merayu, makar, memerintahkan maksiat kepada Allah, melarang berbuat taat kepada-Nya dengan segala tipu daya, serta mengajak berbuat bid’ah dan kesesatan. Kerusakan akibat dosa ini di bawah dosa yang pertama.
Dosa sabu’iyah adalah dosa yang berupa permusuhan, marah, pertumpahan darah, memanfaatkan orang-orang yang lemah. Dosa ini mengakibatkan berbagai macam hal yang menyakiti sesama, tidak segan-segan berbuat aniaya, dan juga permusuhan.
Dosa bahimiyah adalah dosa keserakahan dan ketamakan untuk memenuhi isi perut dan menuruti nafsu kemaluan. Akibatnya adalah timbul perbuatan zina, mencuri, memakan harta anak yatim, kikir, pengecut, suka mengeluh, putus asa, dan lain sebagainya.
Ini adalah dosa kebanyakan manusia karena takut melakukan dosa sabu’iyah dan malikiyah. Akan tetapi, dosa ini menjerumuskan mereka ke seluruh jenis dosa-dosa sehingga mereka terseret kepada dosa sabu’iyah, lalu syaitbaniyah, dan kemudian lepas dari ketuhanan dengan berbuat syirik dalam keesaan-Nya (dosa malikiyah). Barang siapa mau memperhatikan hal ini dengan sungguh-sungguh, tentu menjadi jelas baginya bahwa dosa adalah pengantar syirik, kufur, serta terlepas dari Allah sebagai Tuhannya.
MACAM-MACAM DOSA :
A. DOSA BESAR.
Dosa besar itu sangat banyak, adapun kaidah yang dijelaskan oleh para ‘ulama, bahwa yang termasuk dosa-dosa besar adalah, jika dalam dosa-dosa itu :
1. Ada hukumannya di dunia. Seperti : Pembunuhan, zina, mencuri, dsb.
2. Adanya ancaman di akherat.
3. Mendapat kemurkaan dan ancaman dari Allah.
4. Pelakunya dilaknat oleh Allah melalui lisan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam.
Berikut merupakan tiga point penting yang patut kita ketahui tentang macam-macam DOSA BESAR yang sudah semestinya tidak dibenarkan dalam ISLAM, Karena Allah melarang-Nya
Point Pertama
Sebagaimana dikatakan oleh Ibnu ‘Abbas (Musanaf “Abdurrrazaq, Ibnu Katsir dalam tafsirnya) ketika mendengar hadits Rasulullah : “Jauhilah 7 perkara yang membinasakan! Maka beliau menyebutkan :
Mempersekutukan Allah (Syirik)
Sihir
Membunuh jiwa manusia
Memakan harta anak yatim
Memakan harta riba
Lari dari medan perang (Jihad)
Menuduh wanita baik-baik berbuat Zina
(Muttafaq ‘Alaihi).
Maka kata beliau (Ibnu ‘Abbas) : “Perkara-perkara ini kepada jumlah 70 lebih dekat dari jumlah 7″.
Maka hadits ini bukan sebagai batasan dari jumlah dosa besar.
Point Ke Dua
7 macam dosa besar dimana di akhirat nantinya akan dimintai pertanggung jawabannya,
Diantaranya :
Menurut Abu Tholib Al-Makki bahwa Dosa besar itu ada 17 macam diantaranya :
Pertama, 4 macam ada di hati :
Syirik
Terus-menerus melakukan kedurhakaan
Putus asa dari rahmat Allah
Merasa aman dari murka Allah
Kedua , 4 macam ada di lidah :
Kesaksian palsu
Menuduh wanita baik-baik berbuat Zina
Sumpah palsu
Sihir (mengucapkan mantra-mantra Sihir)
Ketiga , 3 macam ada di perut :
Minum khamar
Makan harta anak yatim secara dzolim
Memakan riba
Keempat , 2 macam ada di kemaluan :
Zina
Homoseks
Kelima , 2 macam ada di tangan :
Membunuh
Mencuri
Keenam , 1 macam ada di kaki :
Melarikan diri dari medan perang (Jihad)
Ketujuh, 1 macam ada di seluruh badan :
Durhaka kepada orang tua
Point Kedua
70 Dosa Besar atau Kabair dalam Islam adalah
sebagai berikut :
1. Menyekutukan Allah (Syirik)
2. Membunuh manusia tanpa alasan yang dibenarkan dalam islam
3. Melakukan sihir
4. Meninggalkan shalat wajib
5. Tidak mengeluarkan zakat
6. Tidak berpuasa ketika bulan Ramadhan tanpa alasan yang kuat
7. Tidak mengerjakan Haji walaupun mampu
8. Durhaka kepada orangtua
9. Memutuskan hubungan silaturahmi
10. Berzina
11. Melakukan Sodomr (Homoseksual)
12. Memakan Riba
13. Memakan harta anak yatim
14. Mendustakan Allah dan Rasul-Nya
15. Lari dari medan peranp (Jihad)
16. Pemimpin yang penipu dan kejam
17. Sombong
18. Saksi palsu
19. Minum Khamr (Alkohol, Narkoba dan segala sesuatu yang memabukkan)
20. Berjudr (saran, jangan suka taruhan dalam segala urusan dg uang)
21. Menuduh wanita baik-baik berbuat Zina
22. Menipu harta rampasan perang
23. Mencuri
24. Merampok
25. Sumpah Palsu (saran, jangan suka terlalu gampang berbicara meng-atas namakan Allah dalam berbagai urusan)
26. Berlaku Zalim (Menganiaya)
27. Pemungut cukai yang Zalim (ini sering terjadi didaerah pelabuhan)
28. Makan dari harta haram
29. Bunuh Diri
30. Berbohong
31. Hakim yang tidak adil
32. Memberi dan menerima sogok (Suap)
33. Wanita yang menyerupai Lelaki dan sebaliknya
34. Membiarkan istri, anaknya atau anggota keluarganya berbuat mesum dan memfasilitasi anggota keluarganya tersebut untuk berbuat mesum
35. Menikahi wanita yang telah bercerai agar wanita tersebut nantinya bisa kembali menikah dengan suaminya terdahulu
36. Tidak melindungi pakaian dan tubuhnya dari terkena hadas kecil seperti air kencing atau kotoran
37. Riya (Suka pamer ketika berbuat baik karena mengharap pujian)
38. Ulama yang memiliki ilmu namun tidak mau mengamalkan ilmunya tersebut untuk orang lain
39. Berkhianat
40. Mengungkit-ungkit pemberian
41. Mengingkari takdir Allah
42. Mencari-cari kesalahan oranglain
43. Menyebarkan Fitnah
44. Mengutuk umat islam
45. Mengingkari janji
46. Percaya kepada sihir dan nujum (termasuk zodiak)
47. Durhaka kepada suami
48. Membuat patunp (maksudnya kalau patung itu untuk disembah atau dipuja sebagai perbuatan syirik)
49. Menamparkan pipi dan meratap jika terkena musibah
50. Menggangu oranglain
51. Berbuat Zalim terhadap yang lemah (pemalakan)
52. Menggangu Tetangga
53. Menyakiti dan memaki orang Islam
54. Durhaka kepada hamba Allah dan menggangap dirinya baik
55. Memakai pakaian dengan melabuhkan pakaiannya ke tanah
56. Lelaki yang memakai Sutera dan Emas
57. Seorang budak yang lari dari tuannya (bila anda seorang budak, hendaknya jangan lari dari tuan anda tetapi di Indonesia sudah tidak ada perbudakan legal)
58. Sembelihan untuk selain Allah (misal: sembelihan untuk sesajen)
59. Seseorang yang mengaku bahwa dia itu adalah ayahnya, namun dia tahu bahwa itu tidak benar
60. Berdebat dan bermusuhan
61. Enggan memberikan kelebihan air
62. Mengurangi timbangan
63. Merasa aman dari kemurkaan Allah
64. Putus asa dari rahmat Allah (no 63 dan no 64 adalah sifat yang berlawanan namun dimurkai Allah, Hendaknya kita ambil jalan tengah, karena rasulullah menyukai jalan tengah)
65. Meninggalkan shalat berjemaah di mesjid tanpa alasan yang kuat (kaum hawa (wanita) tidak diwajibkan shalat berjamaah di mesjid)
66. Meninggalkan Sholat Jumàt tanpa alasan yang kuat (hati-hati bagi yang pernah meninggalkan shalat jumat, dalam hadits nabi tidak shalat jumat 3x berturut-turut dianggap keluar dari agama islam)
67. Merebut hak warisan yang bukan miliknya
68. Menipu
69. Mengintip rahasia dan membuka rahasia orang lain (terutama rahasia orang mukmin)
70. Mencela nabi dan para sahabat beliau
Mari kita berdo’a agar dijauhkan dari bentuk-bentuk dosa besar ini. Tapi jika kita pernah melakukannya, mari bertaubat dan berbenah diri.
Belum ada kata terlambat, jangan menunda-nunda taubat.
Dosa besar merupakan dosa yang sangat mengerikan azabnya di akhirat kelak jika kita tidak SEGERA BERTAUBAT.
B. DOSA KECIL.
Yaitu dosa-dosa yang tidak tersebut diatas.
C. FAKTOR DOSA KECIL MENJADI BESAR.
7 Faktor Penyebab Dosa Kecil Menjadi Dosa Besar
Besar dan kecilnya dosa dimata Allah tidak mesti di karenakan dosa tersebut termasuk kategori dosa besar atau kategori dosa kecil, sesungguhnya besar dan kecilnya dosa sangat bisa ditentukan oleh sikap, perilaku dan pelaku dosa itu sendiri. Inilah tujuh sebab yang akan menyebabkan dosa-dosa kecil menjadi dosa besar.
1. Menganggap remeh akan dosa
Apabila orang yang melakukan dosa memandang dosa kecil itu sebagai hal yang sepele dan rendah dosa kecil yang ia lakukan. Dalam kondisi seperti ini dosa kecil itu akan berubah menjadi dosa besar. Imam Ali As bersabda: “Asyadda al-dzunub maa isthana bih shahibuh.” (Seburuk-buruk dosa adalah apa yang dipandang rendah dan sepele oleh pelakunya). Wasâil al-Syiah, jil. 15, hal. 312, bab 43.
Jangan pernah mentang – mentang, hanya karena melakukan dosa kecil lalu enggan meminta ampun/mengucap istighfar bahkan sekedar menyesalpun tidak. “Kalian menganggap remeh (dosa) tersebut, padahal hal itu termasuk perkara besar menurut pandangan Allah.”(QS. An Nur 15). Rasulullah bersabda: “Waspadalah terhadap sikap meremehkan dosa, karena kapan saja seseorang melakukan hal tersebut, maka dia akan binasa.” (HR Ahmad, At Thabarani dan Al Baihaqi)
Apabila pendosa melakukan dosa dengan sikap congkak dan melampaui batas. Al-Qur’an menyatakan, “Maka orang yang melampaui batas. dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya).” (Qs. Al-Naziat [79]:37-39)
Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya seorang mu’min dalam melihat dosanya, bagaikan seorang yang berada di puncak gunung, yang selalu khawatir tergelincir jatuh. Adapun orang fasik dalam melihat dosanya, bagaikan seseorang yang dihinggapi lalat dihidungnya, maka dia usir begitu saja.” (HR. Bukhari Muslim)
2. Merasa aman terhadap siksa Allah
Yaitu ketika pelaku dosa kecil terbuai dengan kemurahan Allah dalam menutupi dosa. Ia tidak sadar bahwa itu adalah penangguhan dari Allah untuk-nya. Bahkan ia menyangka bahwa Allah sangat mengasihinya dan memberi perlakuan lain kepadanya. “Dan mereka mengatakan pada diri mereka sendiri: “Mengapa Allah tidak menyiksa kita disebabkan apa yang kita katakan itu.” Cukuplah bagi mereka neraka Jahannam yang akan mereka masuki. Dan neraka itu adalah seburuk-buruk tempat kembali.” (Al- Mujadalah:8)
Apabila orang yang melakukan dosa memandang bahwa tiadanya hukuman segera dari Tuhan adalah dalil atas keridhaan-Nya. “Dan mereka mengatakan pada diri mereka sendiri, “Mengapa Allah tiada menyiksa kita (segera) lantaran apa yang kita katakan itu.” (Qs. Al-Mujadalah [58]:8) Tafsir Nemune, jil. 3, hal. 359 dan seterusnya.
3. Merasa senang/bergembira dengan dosanya atau beruntung dengan dosa itu
Sikap seperti ini sudah sangat umum kita saksikan di keseharian kita. Contohnya sangat banyak, para koruptor, perampok, pencuri, penjudi, pezina, pemerkosa, penyuka togel, biang gosip, tukang fitnah dll. Mereka – mereka ini pasti akan senang dan merasa beruntung jika aksi – aksi mereka berhasil. Bahkan tidak jarang saat melakukannya mereka ketawa – ketawa dengan senangnya. “Barangsiapa berbuat dosa sambil tertawa, niscaya ia akan masuk neraka seraya menangis.” (HR Abu Naim).
Apabila pendosa melakukan dosa-dosa kecil itu dengan riang gembira. Nabi Saw bersabda: “Barangsiapa yang melakukan dosa dalam keadaan tertawa maka ia akan memasuki neraka dalam keadaan menangis.” Wasâil al-Syiah, jil, 15, hal. 305, bab 40.
Allah berfirman: “Dan apabila dikatakan kepadanya: “Bertakwalah kepada Allah”, bangkitlah kesombongannya yang menyebabkannya berbuat dosa. Maka cukuplah (balasannya) neraka Jahannam. Dan sungguh neraka Jahannam itu tempat tinggal yang seburuk-buruknya.” (QS. Al Baqarah [2]: 206)
4. Dosa yang dilakukan terus menerus
Apabila dosa kecil itu dilakukan berulang-ulang. Imam Shadiq As bersabda, “Lâ Shaghira maa’ al-Ishrâr.” (Tiada dosa kecil yang dilakukan berulang-ulang [dan berubah menjadi dosa besar]). Al-Kâfi, jil. 2, hal. 88.
Sekecil apapun dosa tapi jika selalu dilakukan, lama – lama dosa itu akan menjadi besar dan akhirnya menutupi kejernihan hati. Rasulullah saw telah bersabda: “Berhati-hatilah kalian terhadap dosa kecil, sebab jika ia berkumpul dalam diri seseorang akan dapat membinasakannya.” (HR Ahmad dan Thabrani dalam Al Awsath). Seorang sahabat Rasulullah berkata, “Tidak dianggap dosa kecil jika terus menerus dan tidak dianggap dosa besar jika disertai dengan istighfar.” (Ucapan ini dinisbatkan kepada Ibnu Abbas ra berdasarkan atsar yang saling menguatkan satu dengan yang lain (ithaf as-sa ’adah al-muttaqin 10/687)
Allah juga berfirman: “Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.” (QS. Ali Imran [3]: 135)
5. Meng-ekspos dosa
Meng-ekspos di sini bisa berarti melakukan dosa dengan terang – terangan atau menceritakan/membongkar dalam berbuat maksiat/dosa yang telah dilakukan yang sebenarnya telah ditutup atau dirahasiakan oleh Allah kepada orang lain tanpa rasa malu sedikitpun. Menceritakan perbuatan atau melakukan dengan terang – terangan dapat mengundang hasrat orang lain yang mendengar atau melihatnya untuk ikut melakukan perbuatan dosa itu. Jadilah dua macam dosa terkumpul menjadi satu sehingga konsekuensinya menjadi lebih berat. Jika masih ditambah lagi dengan anjuran atau ajakan kepada orang lain untuk melakukannya, serta penyediaan sarana untuk melakukannya, maka jadilah empat kejahatan dalam satu perbuatan. Urusannya pun menjadi semakin jelek.
Rasulullah saw bersabda: ”Seluruh umatku akan dimaafkan kecuali orang yang terang-terangan dalam dosa (al mujahirun), termasuk terang-terangan dalam dosa ialah seorang hamba yang melakukan dosa dimalam hari lalu Allah menutupinya ketika pagi, namun ia berkata: “Wahai fulan aku tadi malam telah melakukan perbuatan begini dan begini !” (HR Muslim).
Rasulullah bersabda: “Semua ummatku akan diampunkan dosanya kecuali orang yang mujaharah (terang-terangan dalam berbuat dosa) dan yang termasuk mujaharah adalah: Seorang yang melakukan perbuatan dosa di malam hari, kemudian hingga pagi hari Allah telah menutupi dosa tersebut, kemudian dia berkata: wahai fulan semalam saya berbuat ini dan berbuat itu. Padahal Allah telah menutupi dosa tersebut semalaman, tapi di pagi hari dia buka tutup Allah tersebut.” (HR. Bukhori Muslim)
6. Pelakunya adalah orang alim yang jadi panutan atau dikenal keshalihannya
Apabila ia melakukan dosanya itu dengan disaksikan orang lain, dosanya menjadi dosa besar. Seperti menggunjing orang atau berkata kasar dalam perdebatan atau menyepelekan orang dengan sengaja atau sibuk mempelajari ilmu yang bertujuan hanya untuk mencari kedudukan, seperti ilmu retorika perdebatan. Kesemuanya itu adalah dosa- dosa seorang alim yang cenderung ditiru orang lain. Ketika si alim meninggal dunia, kajahatannya tetap bertebaran di muka bumi dalam jangka waktu yang panjang. Sungguh malang orang yang membawa mati segala keburukannya. Allah berfirman: “Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan.” (Yasin:12)
Rasulullah bersabda: “Barangsiapa yang memberi contoh di dalam Islam dengan contoh yang jelek, dia akan mendapat dosanya dan dosa orang yang mengikutinya setelah dia tanpa dikurangi dosa tersebut sedikitpun.” (HR. Muslim)
. Apabila dosa kecil dilakukan oleh orang-orang besar dan tokoh-tokoh sosial. Al-Qur’an terkait dengan para istri nabi menegaskan, “Hai istri-istri nabi, barang siapa di antara kamu yang mengerjakan perbuatan keji yang nyata, niscaya akan dilipatgandakan siksaan kepadanya dua kali lipat.” (Qs. Al-Ahzab [33]:30)
7. Merasa tidak apa–apa/merasa aman dari makar Allah
Sesuatu perkara mungkar yang mungkin karena telah biasa dan banyak dilakukan orang sehingga dianggap bukan dosa lagi. Misalnya, berdusta saat bersenda gurau atau yang seperti banyak nampak di televisi, cupika cupiki dan peluk – pelukan dengan yang bukan muhrimnya. Dan pelakunya tampak tenang – tenang saja. Sikap seperti ini sangat berbahaya karena cenderung menganggap halal apa yang telah diharamkan Allah. “Dan mereka tidak mengharamkan apa yang diharamkan oleh Allah dan RasulNya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah) ”. (At Taubah : 29). Aisyah berkata : Rasulullah saw bersabda: “Hai Aisyah berhati – hatilah terhadap dosa – dosa kecil, sebab pasti ada tuntutan dari Allah”.
Kita memang tidak bisa lepas dari dosa tapi juga jangan salah menyikapi dosa sehingga dosa yang sejatinya kecil malah menjadi dosa besar. Ada baiknya selalu kita ingat petuah dari orang bijak : “Janganlah engkau melihat kepada kecilnya dosa, tetapi lihatlah kepada siapa engkau berbuat maksiat. ”
Allah berfirman: “Apakah tiada kamu perhatikan orang-orang yang telah dilarang mengadakan pembicaraan rahasia, kemudian mereka kembali (mengerjakan) larangan itu dan mereka mengadakan pembicaraan rahasia untuk berbuat dosa, permusuhan dan durhaka kepada Rasul. Dan apabila mereka datang kepadamu, mereka mengucapkan salam kepadamu dengan memberi salam yang bukan sebagai yang ditentukan Allah untukmu. Dan mereka mengatakan pada diri mereka sendiri: “Mengapa Allah tiada menyiksa kita disebabkan apa yang kita katakan itu?” Cukuplah bagi mereka neraka Jahannam yang akan mereka masuki. Dan neraka itu adalah seburuk-buruk tempat kembali.” (QS. Al Mujadilah [58]: 7)
Jika berbagai macam dosa itu dibuat kategorisasi lagi, maka sesungguhnya kita dapat mengelom¬pokkan jenis dosa itu menjadi tiga macam.
Pertama, dosa karena kesalahan yang di¬kerjakan oleh dirinya.
Kedua, dosa karena kesalahan kepada orang lain.
Ketiga, dosa karena kesalah¬an yang dikerjakan oleh orang lain.
Untuk jenis dosa pertama, insya Allah umat Islam sudah paham, karena jenis dosa inilah yang senantiasa dibahas dalam berbagai majelis taklim sekarang ini. Sayangnya, untuk jenis dosa kedua dan ketiga inilah yang jarang dibahas. Padahal kedua macam dosa ini sangat mem¬bahayakan.
Muflis
Jenis dosa yang kedua sebenarnya dosa yang tidak akan diampuni atau dimaafkan oleh Allah SWT (walaupun kita sudah sering ber-istighfar dan bertaubat pada Allah), kecuali kesalahan terhadap orang lain itu sudah kita selesaikan urusannya di dunia ini. Mengapa? Sebab, jika kesalahan itu sampai dibawa mati, maka urusannya akan diselesaikan di akhirat dengan cara yang sangat mengerikan.
Menurut hadits Nabi SAW yang membahas tentang muflis (orang yang bangkrut), jika ada kesalahan pada orang lain dan tidak diselesaikan di dunia ini, maka di akhirat akan diselesaikan di hadapan Allah dengan cara mengambil amal kebajikannya, kemudian diberikan kepada orang yang disalahi tadi.
Mulai dari amal shalatnya yang diambil, amal puasanya, amal zakatnya dan seterusnya. Jika kesalahannya kepada orang lain itu banyak, misalnya dia mengorupsi uang rakyat, maka nantinya akan banyak rakyatyang menuntutnya, sehingga amal ke¬bajikannya bisa habis dan dia bisa muflis. Akhirnya, dia akan dilem¬par kedalam api neraka.
Padahal dosa karena kesa¬lahan terhadap orang lain itu banyak ragamnya, seperti dosa karena mencaci-maki orang lain, memfitnah orang, memakan har¬ta orang tanpa hak, menumpah¬kan darah orang, memukul, me¬nyiksa, dsb.
Dosa “Investasi”
Dosa jenis kedua tersebut sebenarnya belumlah seberapa jika dibanding dengan jenis dosa yang ketiga, yaitu dosa karena kesalahan yang dikerjakan orang lain.
Dosa ini lebih membahaya¬kan. Mengapa? Bisa saja kita ini adalah orang yang baik, rajin ber¬ibadah, tidak pernah melakukan dosa tersebut, namun gara-gara dosa yang diperbuat orang lain, kita bisa mendapatkan dosa. Semakin banyak orang lain yang berbuat dosa, dosa-dosa yang mengalir kepada kita akan sema¬kin banyak.
Apa contohnya? Misalnya saja ada orang yang berbuat zina. Apakah kita yang tidak berzina ikut berdosa? Padahal kita tidak ikut melakukannya? Jawabnya, iya! Kita akan ikut berdosa. Na¬mun, bukan dari dosa zinanya.
Lantas, dosa apa? Dosa kare¬na ada perintah Allah dalam QS. An-Nuur: 2, yaitu untuk mendera pezina dengan 100 kali deraan. Sehingga jika umat Islam diam, tidak mau melaksanakan perintah tersebut, maka dosanya akan dipikul oleh seluruh umat Islam.
Jika mau dihitung, di dunia ini dalam sehari ada berapa milyar orang yang melakukan perzina¬an? Itu baru perbuatan zina. Padahal, masih banyak kesalahan dan dosa dari orang lain, yang bisa berimbas kepada kita.
Inilah yang disebut dosa “investasi”. Dosa ini akan muncul karena banyaknya fardhu kifa¬yah yang tidak diamalkan oleh umat Islam.
Yang paling mengerikan da¬ri dosa ini adalah, ternyata dosa ini juga tidak bisa dihapuskan begitu saja dengan hanya ber-istighfar dan bertaubat kepada Allah SWT. Dosa ini tetap tidak bisa dihapus¬kan, kecuali jika kewajiban itu sudah diamalkan.
Komentar
Posting Komentar